Rabu, 02 Maret 2011

Manfaat Shalat Tahajjud

Sholat Tahajjud ternyata tak
hanya membuat seseorang
yang melakukannya
mendapatkan tempat
(maqam) terpuji di sisi Allah
(QS. Al-Isra:79) tapi juga
sangat penting bagi dunia
kedokteran. Menurut hasil
penelitian Mohammad Sholeh,
dosen IAIN Surabaya, salah
satu sholat sunah itu bisa
membebaskan seseorang dari
serangan infeksi dan penyakit
kanker.
Tidak percaya?
Cobalah Anda rajin-rajin
sholat tahajjud. “Jika anda
melakukannya secara rutin,
benar, khusuk, dan ikhlas,
niscaya Anda terbebas dari
infeksi dan kanker ”. Ucap
Sholeh. Ayah dua anak itu
bukan ‘tukang obat’ jalanan.
Dia melontarkan
pernyataanya itu dalam
desertasinya yang berjudul
‘ Pengaruh Sholat tahajjud
terhadap peningkatan
Perubahan Response
ketahanan Tubuh Imunologik:
Suatu Pendekatan Psiko-
neuroimunologi ”
Dengan desertasi itu, Sholeh
berhasil meraih gelar doctor
dalam bidang ilmu kedokteran
pada Program Pasca Sarjana
Universitas Surabaya, yang
dipertahankannya Selasa
pekan lalu. Selama ini,
menurut Sholeh, tahajjud
dinilai hanya merupakan
ibadah sholat tambahan atau
sholat sunah.
Padahal jika dilakukan secara
terus-menerus, tepat
gerakannya, khusuk dan
ikhlas, secara medis sholat itu
menumbuhkan respons
ketahanan tubuh (imunologi)
khususnya pada imunoglobin
M, G, A dan limfosit-nya yang
berupa persepsi dan motivasi
positif, serta dapat
mengefektifkan kemampuan
individu untuk menanggulangi
masalah yang dihadapi
(coping).
Sholat tahajjud yang
dimaksudkan Sholeh bukan
sekedar menggugurkan status
sholat yang muakkadah
(Sunah mendekati wajib). Ia
menitik beratkan pada sisi
rutinitas sholat, ketepatan
gerakan, kekhusukan, dan
keikhlasan.
Selama ini, kata dia, ulama
melihat masalah ikhlas ini
sebagai persoalan mental
psikis. Namun sebetulnya soal
ini dapat dibuktikan dengan
tekhnologi kedokteran. Ikhlas
yang selama ini dipandang
sebagai misteri, dapat
dibuktikan secara kuantitatif
melalui sekresi hormon
kortisol.
Parameternya, lanjut Sholeh,
bisa diukur dengan kondisi
tubuh. Pada kondisi normal,
jumlah hormon kortisol pada
pagi hari normalnya antara
38-690 nmol/liter. Sedang pada
malam hari-atau setelah pukul
24:00 normalnya antara 69-345
nmol/liter. “Kalau jumlah
hormon kortisolnya normal,
bias diindikasikan orang itu
tidak ikhlas karena tertekan.
Begitu sebaliknya. Ujarnya
seraya menegaskan
temuannya ini yang
membantah paradigma lama
yang menganggap ajaran
agama (Islam) semata-mata
dogma atau doktrin.
Sholeh mendasarkan
temuannya itu melalui satu
penelitian terhadap 41
responden sisa SMU Luqman
Hakim Pondok Pesantren
Hidayatullah, Surabaya. Dari
41 siswa itu, hanya 23 yang
sanggup bertahan
menjalankan sholat tahajjud
selama sebulan penuh.
Setelah diuji lagi, tinggal 19
siswa yang bertahan sholat
tahjjud selama dua bulan.
Sholat dimulai pukul 02-00-3:30
sebanyak 11 rakaat, masing
masing dua rakaat empat kali
salam plus tiga rakaat.
Selanjutnya, hormon kortisol
mereka diukur di tiga
laboratorium di Surabaya
(paramita, Prodia dan
Klinika).
Hasilnya, ditemukan bahwa
kondisi tubuh seseorang yang
rajin bertahajjud secara ikhlas
berbeda jauh dengan orang
yang tidak melakukan
tahajjud. Mereka yang rajin
dan ikhlas bertahajud memiliki
ketahanan tubuh dan
kemampuan individual untuk
menanggulangi masalah-
masalah yang dihadapi dengan
stabil.
“Jadi sholat tahajjud selain
bernilai ibadah, juga sekaligus
sarat dengan muatan
psikologis yang dapat
mempengaruhi kontrol
kognisi. Dengan cara
memperbaiki persepsi dan
motivasi positif dan coping
yang efectif, emosi yang
positif dapat menghindarkan
seseorang dari stress. ”
Nah, menurut Sholeh, orang
stress itu biasanya rentan
sekali terhadap penyakit
kanker dan infeksi. Dengan
sholat tahajjud yang dilakukan
secara rutin dan disertai
perasaan ikhlas serta tidak
terpaksa, seseorang akan
memiliki respons imun yang
baik, yang kemungkinan besar
akan terhindar dari penyakit
infeksi dan kanker. Dan,
berdasarkan hitungan tekhnik
medis menunjukan, sholat
tahajjud yang dilakukan
seperti itu membuat orang
mempunyai ketahanan tubuh
yang baik.
Sebuah bukti bahwa
keterbatasan otak manusia
tidak mampu mengetahui
semua rahasia atas rahmat,
nikmat, anugrah yang
diberikan oleh ALLAH
kepadanya. Haruskah kita
menunggu untuk bisa masuk
diakal kita???
Seorang Doktor di Amerika
telah memeluk Islam karena
beberapa keajaiban yang di
temuinya di dalam
penyelidikannya. Ia amat
kagum dengan penemuan
tersebut sehingga tidak dapat
diterima oleh akal fikiran.
Dia adalah seorang Doktor
Neurologi. Setelah memeluk
Islam dia amat yakin
pengobatan secara Islam dan
oleh sebab itu ia telah
membuka sebuah klinik yang
bernama “Pengobatan Melalui
Al Qur’an” Kajian pengobatan
melalui Al-Qur’an
menggunakan obat-obatan
yang digunakan seperti yang
terdapat didalam Al-Qur ’an.
Di antara berpuasa, madu, biji
hitam (Jadam) dan sebagainya.
Ketika ditanya bagaimana dia
tertarik untuk memeluk Islam
maka Doktor tersebut
memberitahu bahwa sewaktu
kajian saraf yang dilakukan,
terdapat beberapa urat saraf
di dalam otak manusia ini
tidak dimasuki oleh darah.
Padahal setiap inci otak
manusia memerlukan darah
yang cukup untuk berfungsi
secara yang lebih normal.
Setelah membuat kajian yang
memakan waktu akhirnya dia
menemukan bahwa darah
tidak akan memasuki urat
saraf di dalam otak tersebut
melainkan ketika seseorang
tersebut sholat yaitu ketika
sujud.
Urat tersebut memerlukan
darah untuk beberapa saat
tertentu saja. Ini artinya darah
akan memasuki bagian urat
tersebut mengikut kadar
sholat 5 waktu yang di
wajibkan oleh Islam.
Begitulah keagungan ciptaan
Allah. Jadi barang siapa yang
tidak menunaikan sholat maka
otak tidak dapat menerima
darah yang secukupnya untuk
berfungsi secara normal. Oleh
karena itu kejadian manusia
ini sebenarnya adalah untuk
menganut agama Islam
“ sepenuhnya” karena sifat
fitrah kejadiannya memang
telah dikaitkan oleh Allah
dengan agamanya yang indah
ini.
Kesimpulannya:
Makhluk Allah yang bergelar
manusia yang tidak sholat
apalagi bukan yang beragama
Islam walaupun akal mereka
berfungsi secara normal
tetapi sebenarnya di dalam
sesuatu keadaan mereka akan
hilang pertimbangan di dalam
membuat keputusan secara
normal. Justru itu tidak
heranlah manusia ini kadang-
kadang tidak segan-segan
untuk melakukan hal-hal yang
bertentangan dengan fitrah
kejadiannya walaupun akal
mereka mengetahui perkara
yang akan dilakukan tersebut
adalah tidak sesuai dengan
kehendak mereka karena
otak tidak bisa untuk
mempertimbangkan secara
lebih normal. Maka tidak
heranlah timbul bermacam-
macam gejala-gejala sosial
masyarakat saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar